Virus Corona

6 Tips Jaga Kesehatan Mental Remaja agar Tetap Waras pada Masa Pandemi Covid-19

Akibat perubahan hidup yang drastis ini bisa menimbulkan rasa takut, cemas, dan khawatir.

Surya.co.id/ Hayu Yudha Prabowo
Anak-anak sekolah pakai masker demi cegah penularan virus corona. Artikel ini telah tayang di Tribunnewsmaker.com dengan judul Ada 3 Jenis Masker Kain yang Sudah Sesuai SNI, Perhatikan Jumlah Lapisan hingga Ketahanan Warna, https://newsmaker.tribunnews.com/2020/10/02/ada-3-jenis-masker-kain-yang-sudah-sesuai-sni-perhatikan-jumlah-lapisan-hingga-ketahanan-warna. Editor: Delta Lidina 

TRIBUNBANTEN.COM - Selama pandemi Covid-19, segala aktivitas menjadi terbatas.

Tidak hanyab bagi orang dewasa, tetapi juga anak-anak dan remaja.

Akibat perubahan hidup yang drastis ini bisa menimbulkan rasa takut, cemas, dan khawatir.

Perasaan ini dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang.

Mengutip covid19.go.id, Selasa (19/10/2021), psikolog remaja, Dr Lisa Damour mengungkapkan ada sejumlah hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental agar tetap waras pada masa pandemi.

Baca juga: Jaga Kesehatan Mental Anak Selama Pandemi, dr Reisa: Biarkan Mereka Bersosialisasi Lewat Gawai

1. Cemas adalah hal yang wajar

Sadari bahwa rasa cemas yang kamu alami bukan hanya terjadi pada dirimu sendiri tapi hampir seluruh remaja di dunia.

Kehilangan momen penting dalam hidup memang berat, tidak salah jika kamu mengalami rasa cemas karena itu adalah hal wajar.

Dr Lisa mengungkapkan para psikolog sudah lama menyadari bahwa kecemasan adalah fungsi normal dan sehat yang bisa membuat kita waspada terhadap ancaman, dan membantu kita untuk mengambil tindakan untuk melindungi diri.

Menurut dia, rasa cemas dapat membantu mengambil keputusan yang harus dibuat saat ini, seperti tidak menghabiskan waktu bersama orang lain atau dalam kelompok besar, mencuci tangan dan tidak menyentuh wajah.

Baca juga: Cerita Nakes di Tangsel Alami Kelelahan Fisik dan Mental Tangani Pasien Positif Covid-19

“Perasaan-perasaan tersebut tidak hanya membantu menjaga dirimu, tapi juga orang lain. Hal inilah yang mencerminkan bagaimana kita ikut menjaga anggota masyarakat. Kita juga memikirkan orang-orang di sekitar kita, lho,” ujarnya.

Untuk mengatasi kecemasan akibat Covid-19, bisa diatasi dengan mencari informasi terkini dari sumber yang akurat dan terpercaya seperti situs dan media sosial milik pemerintah atau media yang kredibel.

“Jika kamu merasa mengalami gejala Covid-19 segera beritahu orang tua agar segera diatasi. Karena umumnya pada anak dan remaja gejala ringan,” kata Dr. Lisa.

2. Cari pengalihan

Di dalam hidup tak jarang kita harus berhadapan dengan kondisi yang sulit untuk dilalui.

Namun, cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya adalah mengenali masalah terlebih dahulu.

Masalah yang timbul bisa hal-hal yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan seperti saat ini.

Baca juga: Manfaat Tidur Siang Bagi Kesehatan, Merasa Bahagia hingga Hilangkan Gangguan Mental

Oleh sebab itu, kita memerlukan pengalihan untuk mengatasinya.

Menurut Dr Lisa kita bisa mencari pelampiasan yang positif dan menemukan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya seperti mengerjakan tugas, membaca buku atau novel, menonton film, memasak, membuat kue, berolahraga, bernyanyi, menari, melukis atau bahkan membuat kreativitas baru.

3. Temukan cara baru untuk berkomunikasi

Di zaman yang sudah modern saat ini, berkomunikasi tidak harus dilakukan secara langsung. Kamu bisa memanfaatkan media sosial untuk berinteraksi dengan keluarga jauh atau teman-teman.

Meski peran media sosial baik, tetapi Dr Lisa mengingatkan agar tidak kebablasan dalam penggunaannya.

Tetap diperlukan pengaturan waktu atau screen time dalam kesehariannya.

“Saya tidak akan pernah meremehkan kreativitas remaja. Mereka akan menemukan cara untuk terhubung dengan satu sama lain secara online melalui cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya."

"Tetapi memiliki akses tanpa batas ke layar kaca atau media sosial itu bukan hal yang bagus. Itu hal yang tidak sehat dan tidak cerdas, dan bahkan bisa menambah rasa cemasmu,” kata Dr Lisa.

Baca juga: Main Game Selama Pandemi? Ternyata Ini Dampak Positifnya untuk Kesehatan Mental

4. Fokus pada diri sendiri

Jika sebelum pandemi kamu begitu disibukkan dengan berbagai kegiatan, kini saatnya kamu fokus pada dirimu sendiri.

Kamu bisa memanfaatkan waktu ini untuk menambah kemampuan dengan cara banyak membaca atau mengikuti kursus online.

Kamu juga bisa melakukan hal-hal produktif lainnya untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun mental.

“Kalau sudah bicara tentang perasaan yang menyakitkan, satu-satunya jalan keluar adalah berusaha melaluinya,” ucap Dr Lisa.

5. Rasakan perasaanmu

Menurut Dr Lisa, cara terbaik untuk mengatasi rasa kekecewaan adalah dengan membiarkan dirimu merasakan kekecewaan ini.

Baca juga: Aktivitas di Rumah Pengaruhi Kesehatan Mental? Perhatikan Hal Berikut Agar Tetap Sehat

“Kalau soal mengalami perasaan yang menyakitkan, satu-satunya jalan keluar adalah berusaha melaluinya."

"Lanjutkan hidupmu dan jika merasa sedih, selami perasaanmu. Jika kamu bisa membiarkan dirimu merasa sedih, akan lebih cepat pula kamu merasa lebih baik,” katanya.

Tentu perasaan kecewa tidak dapat dipungkiri manakala kita kehilangan kesempatan untuk mengikuti acara-acara dengan teman, kegiatan untuk menyalurkan hobi, atau pertandingan olahraga, tapi ini bisa diatasi.

Beberapa anak akan menyalurkan perasaan mereka dengan membuat karya seni.

Sebagian lainnya memilih berbicara dengan teman-teman mereka dan menggunakan kesedihan yang dirasakan bersama sebagai cara untuk merasa terhubung di tengah situasi ketika mereka tidak bisa bertemu secara fisik.

“Setiap orang punya cara berbeda untuk mengolah perasaan. Bagaimanapun caranya yang penting adalah kamu melakukan hal yang terasa benar bagimu,” ujar Dr Lisa.

Baca juga: 6 Tips Ini Dapat Menjaga Kesehatan Mental Kamu di Tengah Pandemi Covid-19

6. Berbuat baik

Tidak dapat dipungkiri akibat virus corona, beberapa remaja mengalami aksi bullying.

Cara terbaik untuk mengatasi hal ini menurut Dr Lisa adalah dengan jadi pembela untuk setiap jenis bullying.

“Anak-anak dan remaja yang menjadi target bullying tidak seharusnya diminta untuk melawan para pelaku bullying secara langsung."

"Justru, kita yang mesti mendorong mereka untuk mencari pertolongan dan dukungan dari teman atau orang dewasa,” katanya.

Dia menyarankan jika menyaksikan ada teman yang di-bully, dekati mereka dan tawarkan dukungan.

“Karena tidak melakukan apapun bisa membuat temanmu merasa bahwa tidak ada yang peduli padanya. Ingatlah saat yang paling penting bagi kita untuk untuk lebih bijaksana dalam memutuskan apa yang akan kita bagikan atau katakana kepada orang lain,” ucap Dr Lisa.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved