Pemuda Desa ini Sering Dikira Pengangguran, Ternyata Kelola Puluhan Server di Berbagai Negara!

Pemuda Desa ini Sering Dikira Penganggur, Ternyata Kelola Puluhan Server di Berbagai Negara!

Editor: Ahmad Haris
(KOMPAS.COM/DANI JULIUS)
Nurohman di kamar rumahnya di Kalurahan Banyuroto, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. 

"Di sini (tikar) saya tidur atau di kursi. Di meja ini saya lebih banyak aktivitas," kata Nur.

Nur mengendalikan secara remote atau dari jarak jauh. Ia mengendalikan server dalam beberapa data center agar tetap aman dan lancar dimanfaatkan. Perusahaan IT tempat ia bekerja bahkan menyewa sekitar 50 – 70 server yang ada di Singapura.

Sebelumnya, ada di berbagai negara di Eropa hingga Amerika. Karena persoalan kestabilan dan keamanan data center, maka mereka memindahkannya ke Singapura.

Pekerjaan mengendalikan server itu rupanya menyita waktu hidupnya.
Tidak seperti orang kebanyakan. Nur baru bisa tidur saat siang, malam begadang. "Tidur enam jam itu sudah luar biasa," kata Nur.

Pergunjingan

Pekerjaan yang tidak biasa ini membuat Nur sering jadi pergunjingan.

Mulai dari disebut pegangguran, tukang begadang bahkan disebut asosial karena tidak pernah ikut kerja bakti dan gotong royong kampung.

Gunjingan itu ia rasakan karena dari keluarga miskin.

Dikiranya, anak miskin seperti dia hanya berkurung diri dalam rumah, tidak cekatan bekerja keras, tidak berpeluh dan berbau matahari, lebih kelihatan sebagai penganggur, dan tidak membantu orangtua yang berat menjalani hidup.

Untuk mengurangi gunjingan, Nur sesekali ikut pertemuan para pemuda belakangan ini.

"Sampai dikira kerja ghaib," katanya.

Sebaliknya, pekerjaan Nur dimaklumi Sanikem, ibunya. Ia tahu kalau sehari-hari anaknya hanya main komputer, tidak keluar rumah. Menurut dia, itu hal biasa, yang penting main komputer tetap bisa menghasilkan uang.

“Tahunya Nur itu ya main-main internet gitu saja,” kata Sanikem.

Baca juga: Bengkel di Kota Serang Ludes Dilahap Api, Server Komputer Seharga Ratusan Juta Turut Terbakar

Ia bersyukur anaknya bisa menghasilkan uang sendiri. Bahkan, dengan kemampuannya bisa membantu merenovasi rumah.

Uang dari Nur dan bantuan pemerintah dipakai untuk membangun rumah mereka.

Dulunya, rumah itu gedhek dan kayu lapuk.

Mereka masih sempat merasakan lingkungan rumah yang lembap. Rumah renovasi berdiri meski baru separuhnya dari batako pada 2021.

Namun, sebagian rumah bambunya masih dipertahankan sebagai dapur.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pemuda Desa di Kulon Progo Ini Kelola Puluhan Server di Berbagai Negara, Sering Dikira Penganggur (1)"

Sumber: Kompas.com
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved