Kisah Warga Desa Tenjoayu Serang yang Bertaruh Nyawa saat Lintasi Jembatan Gantung Rusak
Warga di Desa Tenjoayu, Kecamatan Tanar, Kabupaten Serang, harus bertaruh nyawa untuk sekadar bertani, sekolah atau berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Penulis: desi purnamasari | Editor: Abdul Rosid
Laporan Wartawan TribunBanten.com, Desi Purnamasari
TRIBUNBANTEN.COM, SERANG - Warga di Desa Tenjoayu, Kecamatan Tanar, Kabupaten Serang, harus bertaruh nyawa untuk sekadar bertani, sekolah atau berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Mereka harus meniti di atas jembatan gantung dengan kondisi yang sudah rusak.
Tumpukan papan-papan yang menjadi penopang jembatan gantung yang membentang di atas Sungai Ciujung nampak lapuk dan berlubang.
Baca juga: Kemenkumham akan Jebloskan Habib Rizieq ke Penjara Kembali Jika Berbuat Ini Usai Bebas Bersyarat
Jembatan sepanjang 51 meter ini penghubung antar Kampung Pegadungan dengan Kampung Sepanjang, Desa Tenjoayu, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang.
Warga setempat kerap menggunakan jembatan ini untuk aktivitas sehari-hari, seperti bertani, berdagang, dan belanja kebutuhan sehari-hari ke pasar terdekat.
Namun, sejak lima tahun terakhir kondisinya semakin rusak, bahkan saat ini papan yang digunakan sebagai alas sudah lapuk dan berlubang.
Dan bentangan tali sling yang sudah mengelupas, dan rangkaian kawat di kedua sisi yang tampak berkarat.
"Takut tentunya, cuman mau gimana lagi cuman ini akses satu-satunya yang lebih dekat," katanya Aminah salah seorang warga kepada TribunBanten.com, Rabu (20/7/2022).
Perempuan 34 tahun mengaku jika hujan turun jembatan gantung tersebut akan semakin menyeramkan karena kondisinya yang licin dan berlubang.
Bahkan, kata Aminah, pada saat malam hari dengan konsisi minim penerangan, anak-anak kerap melintas di jembatan gantung itu untuk mengaji.
Baca juga: Danjen Kopassus Mayjen TNI Iwan Setiawan Pimpin Sertijab Komandan Grup 1 Kopassus Lama ke yang Baru
Kondisi tersebut membuat ibu-ibu merasa khawatir akan keselamatan anak-anaknya yang menimba ilmu agama.
"Iya pokoknya ini akses satu-satunya anak sekolah kalau pagi lewat sini semua, petani, pedangang. Kalau muter jauh jalannya juga ancur," katanya.
Hal itu terpaksa warga lakukan lantaran bila menggunakan jalur lain selain jembatan gantung ini, membutuhkan waktu hampir satu jam dengan kondisi jalan yang hancur.

Kondisi itu diperparah apabila sudah masuk musim hujan dimana jalan menjadi licin.