Masih Ingat Kasus Oknum Guru ASN Teroris di Lampung? Tenaga Pendidik Rentan Terlibat Jaringan Teror
Masih ingat kasus oknum guru ASN terlibat jaringan teroris di Lampung? DRS (46) guru berstatus PNS pertama diduga terlibat dalam jaringan terorisme.
TRIBUNBANTEN.COM - Masih ingat kasus oknum guru aparatur sipil negara (ASN) terlibat jaringan teroris di Lampung?
Seperti dilansir dari Kompas.com, DRS (46) guru berstatus PNS pertama diduga terlibat dalam jaringan terorisme.
Pihak sekolah mengaku terkejut, karena guru berinisial DRS dikenal bersahabat di lingkungan sekolah.
Jika melihat fenomena oknum guru terlibat kasus terorisme, DRS tidak sendiri.
Ada nama lainnya, yaitu Askar alias Pak Guru, DPO Teroris Muhajidin Indonesia Timur (MIT) Poso.
Baca juga: Serangan Teroris di Ibu Kota Somalia, Militan Al-Shabaab Rebut Kendali Hotel, Belasan Orang Tewas
Askar tertembak Satgas Madago Raya di wilayah Dusun Salubanga, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Rabu (27/4/2022).
Jika melihat dari dua kasus ini, guru seharusnya berperan dalam pencegahan penyebaran ideologi radikal.
Kepala BNPT, Komjen Pol. Boy Rafli Amar, mengatakan guru adalah elemen penting mencegah penyebaran ideologi radikal.
“Kita harus mewaspadai akan adanya transnasional ideologi terutama intoleransi radikalisme yang bertentangan dengan jati diri bangsa,” kata dia.
Menurut dia, para guru mengajarkan anak didik menjadi anak bangsa yang cinta tanah air dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan kebhinekaan.
Untuk mencegah tumbuh kembangnya radikalisme di lingkungan sekolah, perlunya sekolah dan guru memperkuat pemahaman ketahanan nasional, revitalisasi nilai-nilai Pancasila, dan moderasi beragama.
Hal ini diperlukan untuk menghadapi tantangan akan adanya ekspansi ideologi transnasional di tengah perkembangan teknologi.
Baca juga: Bak Teroris Fitri Salhuteru Merasa Nikita Mirzani Diperlakukan Tak Adil, Sunan Kalijaga Bereaksi
Untuk mengokohkan karakter anak didik yang toleran, ribuan guru se- DKI Jakarta berkumpul secara luring dan daring di Kantor Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Selasa, 23 Agustus 2022.
Ribuan guru mengikuti kegiatan bertema "Merajut Kebhinekaan Dalam Rangka Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa di Lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta".
Acara diselenggarakan atas kerja sama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi DKI Jakarta.
Tujuannya untuk memberikan gambaran Dinas Pendidikan DKI Jakarta, untuk menentukan langkah preventif dalam sinergi penanggulangan radikalisme terorisme di lingkungan pendidikan.
“Saya berharap kita dapat meningkatkan kapabilitas diri kita dalam menyertai kehidupan anak- anak kita yang toleran, menghargai perbedaan agar muncul suasana kehidupan berbangsa yang damai,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) DKI Jakarta, Nahdiana.
Sosok DRS
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkapkan salah seorang tersangka jaringan teroris Jamaah Islamiyah yang ditangkap di Lampung merupakan yang pertama berstatus sebagai guru Pegawai Negeri Sipil, PNS.
Pihak sekolah mengaku terkejut, karena guru berinisial DRS dikenal bersahabat di lingkungan sekolah.
Pengamat terorisme mengungkapkan penyusupan guru anggota JI ini sebagai fenomena gunung es, dan perlu menjadi perhatian khusus dari pemerintah dan kepolisian.
BNPT mencatat DRS (46) merupakan guru berstatus PNS pertama yang diduga terlibat dalam jaringan terorisme.
Baca juga: Waspada! Terjadi Pergeseran Pola Rekrutmen Teroris, Kini Perempuan Jadi Pelaku Tak Lagi Korban
Sebelumnya, DRS ditangkap Densus 88 antiteror bersama dua tersangka lainnya yaitu SU (61) dan S (59).
Mereka diduga terlibat dalam pendanaan dan perekrutan anggota baru Jamaah Islamiyah.
DRS disebut kepolisian sebagai kepala sekolah di salah satu SDN di Pasewaran. Ia juga tercatat sebagai guru di SMAN 1 Bangunrejo.
Direktur Pencegahan BNPT, Ahmad Nurwakhid mengatakan, lembaganya akan melakukan pendampingan ke sekolah tempat DRS mengajar.
"Bagi mereka yang sudah terpapar, kita lakukan rehabilitasi ideologi, re-edukasi, kemudian kita lakukan pembinaan-pembinaan dan tentu saja kita bekerja sama dengan kementerian lembaga terkait," kata Nurwakhid kepada BBC News Indonesia, Kamis (11/04).
Dalam satu dekade terakhir, BNPT melaporkan setidaknya terdapat 31 PNS ditangkap karena terlibat jaringan terorisme.
Mereka masing-masing 8 mantan anggota kepolisian, 5 mantan anggota TNI dan 18 mantan PNS di lingkungan kementerian dan lembaga pemerintah.
Namun, tak satu pun yang berstatus sebagai guru.
DRS saat ini tercatat sebagai guru aktif di SMAN 1 Bangunrejo, Lampung. Berdasarkan keterangan sekolah, DRS sudah mengajar sejak 2005.
Pihak sekolah mengaku terkejut dengan penangkapan DRS, karena selama ini pria itu dikenal humoris dan mudah bergaul.
"Supel, suka bercanda. Jadi dekat dengan kita semua. Bukan hanya dengan saya, dengan semua guru, dekat. Karena suka bercanda, nggak ada yang fanatik gitu," kata Humas SMAN 1 Bangunrejo, Budi Rahardjo saat ditemui wartawan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Budi juga mengatakan, DRS tak pernah menunjukkan gelagat mengajarkan paham radikal, misalnya menolak upacara bendera.
"Nggak pernah," tambah Budi.
Baca juga: Kuasa Hukum Minta Nikita Mirzani Tak Ditahan Usai Dijemput Paksa Polresta Serang: Bukan Teroris!
Seorang siswa yang ditemui pun mengaku selama belajar Bahasa Indonesia dengan DRS, tak pernah terdapat ajaran radikal yang disampaikan.
"Nge-share materi kayak guru-guru yang lain. Terus dikasih soal-soal Bahasa Indonesia nanti kita kerjain," katanya.
Pak Guru Ahli Rakit Bom
Inilah sosok Askar alias Pak Guru, DPO Teroris Muhajidin Indonesia Timur (MIT) Poso yang tewas tertembak Satgas Madago Raya di wilayah Dusun Salubanga, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Rabu (27/4/2022).
Informasi diterima TribunPalu.com, Rabu (27/4/2022), personel Satgas Madago Raya telah meminta kepada Askar alias Pak Guru agar menyerahkan diri.
Namun, imbauan itu tidak dihiraukan buronan teroris MIT Poso ini.
Askar melemparkan body vest berwarna loreng ke anggota pos sekat, yang diduga BOM.
Akibatnya, pasukan pemburu teroris itu memberondong Teroris Poso itu dengan tembakan terukur hingga tewas.
Baca juga: Asisten Nikita Mirzani Sebut Penangkapan Nyai Bak Seorang Teroris dan Gembong Narkoba
Askar alias Jaid alias Pak Guru masuk daftar pencarian orang (DPO) Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri sejak 2014.
Pria kelahiran 1988 itu tercatat lama bermukim di Desa Dumu, Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pada 2012, ia menjadi anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) di Bima sebelum akhirnya hijrah ke Poso untuk memenuhi undangan Santoso, pimpinan MIT kala itu.
Baca juga: Kampung Mualaf Baduy Dapat Bantuan dari Eks Napi Teroris, Jaringannya Ada di Pandeglang dan Bandung
Askar bersama kedua rekannya, Abu Alim alias Ambo dan Nae alias Galuh mulai mengikuti pelatihan militer bersama kelompok MIT Poso pada 2014.
Lelaki berambut panjang berombak ini diketahui memiliki keahlian meracik dan merakit bom.
Tulisan ini sebagian sudah tayang di Kompas.com berjudul PNS Guru di Lampung Terlibat Jaringan Terorisme, Dikenal Humoris dan Mudah Bergaul
Tulisan ini sebagian sudah tayang di Surabaya.Tribunnews.com berjudul Sosok Askar Alias Pak Guru, Teroris MIT Poso yang Ditembak Mati Satgas Madago Raya: Ahli Racik Bom

