Kisah Pilu Pasutri di Rangkasbitung-Lebak, Korban Bencana Alam Terpaksa Tinggal di Rumah Tak Beratap

Kisah pilu datang dari pasangan suami istri (Pasutri) asal Kampung Nameng, Desa Sukamanah, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten

Penulis: Misbahudin | Editor: Ahmad Tajudin
TribunBanten.com/Misbahudin
RUMAH TAK LAYAK HUNI - Kisah pilu datang dari pasangan suami istri (Pasutri) asal Kampung Nameng, Desa Sukamanah, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten bernama Sayanah (47) dan Saefudin (60). Pasutri itu terpaksa tinggal di rumah tak beratap atau rumah tidak layak huni (RTLH), setelah menjadi korban bencana alam 

Laporan Wartawan TribunBanten.com, Misbahudin 

TRIBUNBANTEN.COM, LEBAK - Kisah pilu datang dari pasangan suami istri (Pasutri) asal Kampung Nameng, Desa Sukamanah, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten bernama Sayanah (47) dan Saefudin (60).

Pasutri itu terpaksa tinggal di rumah tak beratap atau rumah tidak layak huni (RTLH), setelah menjadi korban bencana alam.

Menurut pantauan TribunBanten.com di lokasi, rumah yang mereka tempati tersebut tampak sepenuhnya sudah tidak beratap.

Baik di bagian area dalam ruangan tengah, kamar tidur maupun dapur, sepenuh sudah tembus ke langit. 

Sebagai tempat istirahat mereka, mereka hanya menggunakan atap dari terepal sebagai penutup hujan dan panas.

Bahkan sebagian tembok di rumah ini juga terlihat sudah retak. 

Sayanah mengatakan, kondisi rumahnya yang hancur itu lantaran diterjang hujan disertai angin kencang pada pertengahan bulan Januari 2025, sehingga menyebabkan atap rumahnya roboh. 

"Iya robohnya itu karena diterjang hujan sama angin kencang waktu itu," ujaranya saat ditemui di rumahnya, Minggu (9/3/2025). 

 Sayanah bercerita, pada saat kejadian, ia dan suaminya tidak sedang berada di dalam rumah, melainkan di luar. 

Baca juga: Kisah Wanita Paruh Baya asal Pandeglang, 11 Tahun Jadi Pengusaha Kolang-kaling Musiman saat Ramadhan

Ketika hendak masuk rumah, Sayanah mengaku melihat kondisi rumah sudah ambruk.

Atas kejadian itu, Sayanah dan Saefudin terpaksa harus tetap tinggal di rumahnya, dikarenakan tidak ada tempat tinggal lagi.

"Mau gimana lagi, dan mau kemana lagi, kalau bukan tempat sendiri," ucapnya. 

Untuk bertahan hidup, Sayanah sehari-hari bekerja hanya menjadi seorang ibu rumah tangga, sedangkan suaminya pedagang bakso ikan keliling.

Sayanah memiliki dua orang anak, satu sudah menikah sedangkan yang satunya lagi bekerja di luar kota. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved