Breaking News

Banten Darurat Kekerasan Seksual Anak

Soroti Lonjakan Kasus Kekerasan Seksual Anak di Lebak, DPRD Banten: Sekolah & Orang Tua Harus Sigap

Anggota DPRD Banten Fraksi PDIP, Emuy Mulyanah mengaku prihatin korban kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Lebak meningka

Penulis: Misbahudin | Editor: Ahmad Tajudin
TribunBanten.com/Misbahudin
KEKERASAN SEKSUAL - Anggota DPRD Banten Fraksi PDIP, Emuy Mulyanah mengaku prihatin korban kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Lebak meningkat. 

Laporan Wartawan TribunBanten.com, Misbahudin 

TRIBUNBANTEN.COM, LEBAK - Anggota DPRD Banten Fraksi PDIP, Emuy Mulyanah mengaku prihatin korban kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Lebak meningkat.  

Seperti diketahui, berdasarkan data dari UPTD PPA Lebak, korban kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak tercatat dari Januari hingga Juli 2025 sebanyak 124 orang. 

Dari 124 kasus tersebut di antaranya, pelecehan seksual terhadap anak, persetubuhan, anak berhadapan dengan hukum (ABH), sodomi, pengeroyokan dan pemerkosaan. 

Namun, dari kasus tersebut paling banyak adalah pelecehan seksual terhadap anak. 

"Tentu saya sebagai perempuan mendengar ini sangat perihatin, apalagi korbannya paling banyak anak-anak," ujarnya dalam sambutanya telepon, Senin (21/7/2025). 

Baca juga: Miris! Dalam Sepekan, 14 Kasus Pencabulan Ditemukan di Serang, Pelaku Mayoritas Orang Dekat Korban

Politisi PDIP itu mengatakan, peran orang tua sebagai orang terdekat harus lebih aktif mengawasi anak-anaknya. 

Terlebih, kasus pelecehan seksual paling banyak terjadi di lingkungan terdekat.

"Orang tua harus lebih aktif, jangan acuh terhadap kebebasan anak-anaknya. Karena beberapa kasus paling banyak dari lingkungan terdekatnya sendiri," katanya. 

"Kalau bisa orang tua bersama anak-anak sering berkumpul bersama, shering tentang keluarga, terutama soal perkembangan anaknya," sambungnya. 

Selain orang terdekat, lanjut dia, penggunaan media sosial (medsos) anak juga harus diawasi dan diperhatikan oleh orang tua.

"Artinya jangan dibiarkan, karena anak-anak rasa ingin tahu nya pasti ada. Nah, tugas orang tua harus mengawasi dan membatasi penggunaannya," katanya. 

"Misalnya diarahkan untuk baca buku, mengaji dan lainya. Supaya anak bisa paham dan punya wawasan penguatan diri," sambungnya.

Tak hanya itu, dirinya juga berharap tugas guru di sekolah harus lebih dimaksimalkan, terutama memberikan pemahaman soal bahaya pelecehan seksual. 

Baca juga: Kisah Pilu Anak Berkebutuhan Khusus di Tangsel, Jadi Korban Kekerasan Seksual oleh Oknum Guru Agama

"Jangan sampai, tugas guru harusnya memberikan ilmu dan wawasan, malah ada oknum guru yang terlibat, dan korbannya juga anak murid sendiri," ujarnya. 

Ia juga meminta, kepada Kepala sekolah agar mengawasi guru ketika di sekolah. 

"Jangan diam, harus jeli. Karena ini menyangkut dunia pendidikan. Bila perlu kalau ada guru baru, di tes psikologi nya," katanya. 

Ia juga menyarankan kepada orang tua, agar tidak malu untuk melaporkan bilamana terjadi di lingkungannya. 

"Kebiasaan di kita, kasus begitu malu jika harus dilaporkan. Padahal itu untuk membunuh predator jahat, karena bahaya kalau dibiarkan begitu saja," katanya.

Meksipun begitu, dalam upaya mencegah pelecehan seksual terhadap anak, diperlukan kerja sama antara semua pihak. 

Baik pemerintah, APH, mayarakat dan tokoh yang ada di lingkungannya masing-masing. 

"Karena kenapa? Karena kebiasaan di kita itu tadi, makanya ini harus saling menguatkan, terutama di lingkungan keluarga sendiri," tandasnya. 

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved