Diduga Dianiaya Ayah Kandung, Balita di Ciputat Tangsel Tewas, Begini Kesaksian Tetangga
Seorang balita berumur 4 tahun meninggal dunia di sebuah rumah sakit dengan luka lebam di tubuhnya.
TRIBUNBANTEN.COM - Nasib memilukan dialami oleh seorang balita berumur 4 tahun di Ciputat Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Provinis Banten.
Ia meninggal dunia di sebuah rumah sakit dengan luka lebam di tubuhnya.
Balita tersebut diduga meninggal dunia usai dianiaya oleh ayah kandungnya sendiri.
Baca juga: Hilang Sejak Juni 2025, Keluarga Tak Yakin Mayat dalam Tong di Sungai Cisadane Adalah Hesti
Melansir TribunTangerang.com, berdasarkan informasi yang diterima, balita berjenis kelamin laki-laki itu dikabarkan dianiaya, pada 25 Juli 2025 Jumat malam.
Saat TribunTangerang.com mendatangi rumah kontrakan tempat korban tinggal. Rumah tersebut tampak sepi dan tak berpenghuni.
Sebelumnya, rumah itu dihuni oleh terduga pelaku bersama istrinya, korban yang merupakan anak pertama, dan anak kedua mereka yang masih berusia 17 bulan.
Priyanti, tetangga pelaku, mengungkap keseharian keluarga pelaku dan korban. Pasangan suami istri tersebut dikenal tertutup dan jarang bergaul dengan tetangga.
Selama ini, mereka hanya terlihat berangkat pagi dan pulang malam.
"Kami jarang sekali bertemu. Mereka berangkat pagi, pulang malam, kadang-kadang sampai jam 10 atau 11 malam, seringnya kami sudah pulang lebih dulu," ujar Priyanti kepada TribunTangerang.com, Ciputat, Tangsel, Senin (28/7/2025).
"Semuanya (pergi) pas mereka berangkat kerja," imbuhnya.
Menurut Priyanti, ibu dari korban jarang bersosialisasi dengan tetangga. Ia dikenal tertutup dan hanya terlihat saat berangkat dan pulang kerja.
"Enggak pernah keluar, cuma berangkat kerja dan pulang saja. Nggak pernah bergaul sama warga," ungkapnya.
Berbeda dengan sang istri, suami korban kadang masih terlihat berinteraksi singkat dengan beberapa tetangga, termasuk dengan suaminya.
Pada kesempatan ini, Priyanti mengatakan tangis anak yang kerap terdengar dari dalam rumah sempat membuat warga curiga dan mengetuk pintu, namun selalu mendapat jawaban singkat dan menenangkan.
“Kalau bocah nangis, paling dijawab, ‘nggak apa-apa, bude, nangis aja’,”kata Priyanti.
Lebih lanjut, Priyanti mengaku baru mengetahui kabar meninggalnya bocah malang itu setelah pelaku menelepon, menyampaikan bahwa anaknya meninggal di rumah sakit dan meminta izin untuk memulangkan jenazah ke kontrakan.
"Awal mulanya dia nelpon ke sini, bilang, 'Anak saya meninggal di rumah sakit, boleh nggak dibawa pulang'," ujar Priyanti
Menurutnya, warga sempat mengizinkan, meskipun belum tahu secara pasti apa yang terjadi. Mereka pun menunggu hingga pukul satu dini hari, namun jenazah tak kunjung datang.
Namun, bukannya jenazah yang tiba, tak lama kemudian justru polisi yang datang. Dari situlah terungkap fakta bahwa korban diduga meninggal akibat dianiaya oleh ayahnya sendiri.
"Ditunggu-tunggu sampai jam satu, eh, malah tiba-tiba polisi yang datang," lanjutnya.
Saat tiba di lokasi, polisi langsung menyampaikan bahwa telah terjadi dugaan pembunuhan.
"Polisi bilang, 'Di sini tadi ada bapak-bapak?' Terus bilang, 'Di sini ada pembunuh.' Kaget dong, kami semua langsung tanya, siapa yang dibunuh? Ternyata anaknya sendiri," tutup Priyanti.
Sebelumnya diberitakan, Kasat Reskrim Polres Tangerang Selatan, AKP Wira Graha Setiawan menduga kuat korban mengalami kekerasan sebelum akhirnya dinyatakan meninggal.
"Kita temukan informasi ada satu seorang balita ditemukan di rumah sakit meninggal dunia," ucap Wira Graha saat ditemui di Polres Tangsel, Serpong, dikutip Senin (28/7/2025).
Wira mengatakan, dua orang telah diamankan dan tengah diperiksa secara intensif oleh penyidik.
"Kita amankan dua prang terduga pelaku, kita lakukan pemeriksaan lebih lanjut," imbuhnya.
Wira menyebutkan bahwa informasi awal diterima pada pagi hari, ketika laporan masuk mengenai seorang balita yang meninggal dunia di rumah sakit.
Ia segera menuju ke lokasi kejadian untuk melakukan penyelidikan awal.
“Setelah kami cek ke TKP, ditemukan bahwa balita ini diduga meninggal karena kekerasan. Satu orang sempat kami amankan di polsek, dan kemudian kami limpahkan ke polres untuk penyidikan lebih lanjut,” jelas Wira.
Menurut keterangan awal, korban diketahui mulai mengeluh kesakitan sejak pukul 21.00 malam.
Dugaan kekerasan muncul berdasarkan informasi dari pihak keluarga.
Balita tersebut baru dibawa ke rumah sakit beberapa jam kemudian dan dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 01.00 dini hari.
“Dari hasil pemeriksaan awal, ditemukan beberapa lebam di tubuh korban. Untuk memastikan penyebab kematian, jenazah telah dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk proses autopsi,” ujar Wira.
Baca juga: Gantikan Kombes Pol Zain, Ini Sosok Raden Muhammad Jauhari, Kapolres Metro Tangerang yang Baru
Terkait informasi yang beredar mengenai korban yang diduga ditendang dan dibanting, pihak kepolisian menyatakan masih melakukan pendalaman.
Pemeriksaan lebih lanjut akan melibatkan keterangan dari ahli forensik dan saksi-saksi di sekitar kejadian.
“Kami saat ini sedang mendalami dua orang terduga pelaku. Keduanya sedang diperiksa secara intensif. Untuk identitas dan peran masing-masing, akan kami sampaikan setelah penyidikan berjalan,” tutupnya.
Artikel ini telah tayang di Tribuntangerang.com dengan judul Balita di Tangsel Tewas Diduga Dianiaya Ayah Kandung, Tetangga Sebut Sikap Orang Tua Korban Tertutup
Diguyur Anggaran Rp 100 Miliar, Pemkot Tangsel Siapkan Lahan Pembangunan Sekolah Rakyat |
![]() |
---|
Usai Ditinjau DPR RI, Anggaran Rp100 M Disiapkan untuk Bangun Gedung Sekolah Rakyat Baru di Tangsel |
![]() |
---|
Kepala Sekolah Rakyat 33 Tangsel Ungkap Kondisi Psikologis Muridnya |
![]() |
---|
Fakta di Balik Mundurnya 9 Siswa Sekolah Rakyat 33 Tangsel: Kecanduan Rokok-Ada Psikologis Keluarga |
![]() |
---|
Kepsek Sekolah Rakyat 33 Tangsel Ungkap Asal 9 Anak yang Undur Diri, Terbanyak dari Daerah Ini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.