Pasar Royal, Jejak Pecinan dan Pusat Perbelanjaan Tua Kota Serang

Tokoh pendiri Provinsi Banten, Kiai Embay Mulya Syarif menceritakan terkait Kawasan Pasar Royal memiliki nilai sejarah yang panjang

TribunBanten.com/Muhamad Rifky Juliana
POTRET PASAR ROYAL - Tampak Pasar Royal Kota Serang sebagai pusat perbelanjaan di Kota Serang, Senin (20/10/2025) 

Laporan Wartawan TribunBanten.com, Muhamad Rifky Juliana 

TRIBUNBANTEN.COM, SERANG - Kawasan Pasar Royal memiliki nilai sejarah yang panjang sebagai salah satu pusat kegiatan ekonomi tertua di Kota Serang

Kawasan ini bahkan dikenal sebagai Pecinan Serang, tempat beraktivitasnya para pedagang Tionghoa sejak masa kolonial.

Tokoh pendiri Provinsi Banten, Kiai Embay Mulya Syarif menceritakan, dirinya sudah tinggal di kawasan Royal sejak tahun 1957, tepatnya di belakang Bioskop Merdeka yang menjadi salah satu ikon hiburan di masa itu.

“Royal itu merupakan pusat perbelanjaan Kota Serang atau yang biasa disebut dengan Pecinan,” ujarnya, Senin (20/10/2025).

Menurutnya, Kota Serang sejak lama dikenal sebagai kota tua dengan banyak bangunan bersejarah yang mencerminkan aktivitas perdagangan masa lampau. 

Baca juga: Disparpora Kota Serang Siapkan Odong-Odong Dukung Wisata Kawasan Royal

Di kawasan Royal dan sekitarnya, seperti Jalan Tirtayasa hingga Jalan Maulana Hasanudin, berdiri deretan ruko dan bangunan bergaya kolonial yang menjadi pusat bisnis masyarakat saat itu.

Namun seiring waktu, sebagian besar bangunan tua tersebut hilang.

“Sekarang bangunan-bangunan tua itu sudah tinggal mungkin 20 persen kali, yang lainnya sudah dirombak karena dulu tidak dilindungi oleh Perda,” kata Kiai Embay.

Ia menyebut sejumlah bangunan bersejarah yang masih tersisa di Kota Serang, seperti Gedung Negara, Pendopo Bupati, Korem, dan bekas percetakan Oeang Republik Indonesia Daerah Banten (ORIDAB) yang kini berubah fungsi menjadi Burger King.

“Jadi saya tanya ke Direktorat Dinas Purbakala, kenapa itu bangunan-bangunan tua tidak diamankan, kita tidak bisa berbuat apa-apa karena belum dibuat Perda,” jelas Kiai Embay.

Ia menjelaskan, istilah “Royal” sendiri memiliki menunjuk pada nama kawasan, kata itu juga diidentikkan dengan tempat belanja dan pusat perputaran uang masyarakat Serang kala itu.

“Royal itu memang tempat belanja, mengeluarkan uang atau juga mungkin royal yang disebut dengan bahasa asing itu kan semacam kerajaan bisnis lah dulu di Serang,” terangnya.

Ia menilai rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Serang untuk menata kembali kawasan Royal merupakan langkah tepat untuk menghidupkan kembali sejarah ekonomi Kota Serang.

“Kalau sekarang Pemkot Serang akan menata kawasan royal itu sangat bagus. Mudah-mudahan jadi kelihatan indah, tertib sehingga bisa mengundang, kalau yang direncanakan akan dibangun seperti Malioboro gitu, artinya tempat kunjungan wisata. Saya sepakat itu,” ujarnya.

Baca juga: Pemkot Serang Transformasi Kawasan Royal Jadi Destinasi Wisata dan Ekonomi Baru

“Hanya tadi kalau bisa jangan sampai nanti tidak tertib lagi. Jadi harus konsisten pemkot menerapkan aturan-aturan itu,” tambah Kiai Embay.

Ia berharap, upaya penataan tidak hanya memperindah fisik kota, tetapi juga menjaga nilai sejarah dan identitas lama Serang sebagai kota perdagangan dan budaya.

“Jadi kalau untuk penataan silakan baguslah, mudah-mudahan ya bisa betul-betul kawasan Royal itu sampai dengan ke pasar lama jalan Maulana Hasanudin itu kita dirasa dengan baik. Sehingga orang datang berkunjung ke Kota Serang itu nyaman, aman,” tegasnya.

Kiai Embay yang tinggal di kawasan Royal dari tahun 1957 hingga 1971 bahkan mendapat julukan “Panglima Royal” di masa mudanya karena dikenal luas dan disegani warga sekitar.

“Saya dapat julukan ketika remaja itu Panglima Royal disebutnya. Karena saya yang ya disegani lah di sana ketika itu,” kenangnya.

 

Pemkot Serang Transformasi Kawasan Royal Jadi Destinasi Wisata dan Ekonomi Baru

Wali Kota Serang, Budi Rustandi, terus berkomitmen untuk menata kawasan kota agar lebih tertib, modern, dan mampu menggerakkan ekonomi masyarakat lokal. 

Ia menyampaikan, rencana besar dalam mengubah kawasan Royal menjadi ikon ekonomi baru Kota Serang.

Budi menjelaskan, bahwa kawasan Royal akan diubah dari area yang sebelumnya tidak tertata dan kurang menguntungkan bagi pedagang yang taat aturan, menjadi kawasan pedestrian modern yang menjadi pusat kegiatan ekonomi kreatif warga Kota Serang.

“Inspirasi pembangunan Royal ini kita ambil dari kawasan Tunjungan di Surabaya dan Braga di Bandung. Harapannya, Royal Baroe bisa menjadi aktivitas ekonomi baru yang mengandalkan sektor kuliner, bioskop, clothing, hingga cafe yang nyaman bagi pengunjung,” ujarnya, Kamis (16/10/2025).

Selain itu, konsep pembangunan Royal Baroe juga mencakup perubahan fasad bangunan dan penataan interior toko agar tampak lebih berwarna dan terang, sehingga meningkatkan daya tarik bagi konsumen dan wisatawan lokal.

Lebih lanjut, kawasan Royal Baroe direncanakan menjadi pusat ekonomi kreatif baru di Kota Serang.

Destinasi wisata kota yang ikonik, serta venue bagi penyelenggaraan berbagai event tematik yang dapat menggeliatkan perekonomian pelaku UMKM.

Budi juga menegaskan bahwa langkah penataan ini bukan sekadar penertiban, melainkan bagian dari upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan pedagang dan menciptakan ketertiban ruang publik.

“Bapak ibu sudah bayar pajak tapi yang hidup malah yang dari pungli. Saya akan buat ini (Royal) akan ramai, bekerja sama dengan Dispora dan Dinkopukmperindag,” tegasnya.

“Di era saya, mau melakukan penertiban dan pembersihan. Yang saya lakukan hari ini adalah saya ingin mensejahterakan pedagang Kota Serang. Saya pasang badan untuk warga Kota Serang untuk merubah kota Serang,” tambah Budi.

Ia mengimbau para pemilik ruko dan pelaku usaha di kawasan Royal untuk bersinergi mendukung langkah pemerintah.

Politisi partai Gerindra itu menegaskan, pembangunan dan penataan yang dilakukan akan diiringi dengan peningkatan sarana promosi, seperti penyediaan billboard dan fasilitas pendukung lainnya untuk menarik pengunjung.

“Mohon dibantu, ke depannya akan ada pembangunan, keramaian, dan sarana-sarana promosi seperti billboard dan lain-lain,” ungkapnya.

Melalui transformasi Royal menjadi “Royal Baroe”, Pemkot Serang berharap tercipta wajah kota yang lebih tertata, modern, dan inklusif, sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved