Makan Bergizi Gratis

Program MBG di Tangsel Berjalan Lancar-Sukses, Tapi Guru Kurang Istirahat

Program Makan Bergizi Gratis yang diprakarsai Presiden Prabowo Subianto kini berjalan di beberapa sekolah di Kota Tangsel.

Editor: Ahmad Haris
TRIBUNBANTEN.COM/Tajudin
Program makan bergizi gratis (MBG). 

TRIBUNBANTEN.COM - Program Makan Bergizi Gratis atau MBG yang diprakarsai oleh Presiden Prabowo Subianto, kini berjalan di beberapa sekolah di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Provinsi Banten.

Pelaksanaan MBG, menghadirkan dinamika tersendiri antara niat baik di atas kertas dan realita di lapangan.

Di satu sisi, program ini membawa angin segar bagi anak-anak.

Baca juga: Presiden Prabowo Tarik Anak Miskin Putus Sekolah agar Percaya Diri Lagi Lewat Sekolah Rakyat

Asupan bergizi secara rutin meningkatkan semangat belajar, terlebih bagi siswa dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi. 

Namun di sisi lain, pelaksanaan teknis MBG justru menambah beban baru bagi para guru.

“Programnya bagus dan anak-anak senang, tapi pelaksanaannya perlu dievaluasi,” ungkap Anton, salah satu guru SD negeri kepada TribunTangerang.com, di wilayah Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Selasa (30/9/2025).

"Yang kerja banyak itu guru, mulai dari hitung rantang, atur distribusi, sampai ngurus sisa makanan. Semua tanpa tambahan apa-apa," lanjutnya.

Anton menceritakan, guru tak hanya harus memastikan makanan sampai ke tangan siswa, tapi juga bertanggung jawab mencatat kehadiran makan, mengecek kelayakan makanan, dan bahkan mencicipi jika perlu. 

Belum lagi, lanjut Anton, guru harus menghadapi anak-anak yang menolak makanan karena tidak suka, bukan karena alergi.

“Fokus kami terpecah. Harusnya ngajar, tapi harus keluar masuk kelas untuk ngurus makanan. Waktu istirahat juga hilang,” tambahnya.

Meski pihak penyedia MBG, belakangan mulai terbuka terhadap kritik, misalnya dengan mencantumkan kandungan gizi dan menerima saran menu, ia mewakili para guru berharap perbaikan yang lebih mendasar.

Bukan sekadar soal jenis lauk, tapi soal sistem.

Anton berharap, MBG ke depan tidak hanya menjadi program pemenuhan gizi, tapi juga contoh pelaksanaan yang adil bagi semua pihak yang terlibat.

“Kalau memang niatnya baik, sistemnya juga harus matang. Jangan sampai anak-anak kenyang, tapi gurunya kelelahan. Semua pihak harus bisa maksimal menjalankan peran masing-masing,” tegas Anton.

Harapan ke depan, perbaikan tidak berhenti di menu makanan, tetapi juga menyentuh tata kelola, distribusi, peran tenaga pendukung, dan apresiasi bagi para guru yang ikut menyukseskan program ini di lapangan. 

Dengan begitu, Anton yakin MBG bisa benar-benar menjadi program yang bergizi bukan hanya bagi anak-anak, tapi juga bagi ekosistem pendidikan secara keseluruhan.

"Harapannya ke depan perbaikannya nggak cuma di menu makanannya aja, tapi juga sistemnya."

"Mulai dari alur distribusi, tenaga bantu di sekolah, sampai penghargaan buat guru-guru yang dari awal udah bantu jalanin program ini,” tutup Anton. 

Sejarah & Latar Belakang MBG

Gagasan MBG sudah ada sejak tahun 2006, sebagaimana diungkap oleh Hashim Djojohadikusumo bahwa Prabowo sudah memikirkan program tersebut belasan tahun sebelum akhirnya diluncurkan. 

Setelah dilantik sebagai Presiden (periode 2024–2029), Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka memasukkan MBG sebagai salah satu janji kampanye yang menjadi prioritas pemerintahan. 

Tujuan Program MBG

Program MBG memiliki beberapa tujuan strategis:

1. Menangani masalah gizi & stunting

Memberikan asupan gizi yang cukup bagi anak-anak dan ibu hamil untuk mengurangi prevalensi gizi buruk (termasuk stunting). 

2. Meningkatkan kesehatan dan kualitas SDM

Prabowo menyebut MBG sebagai investasi untuk masa depan bangsa, dalam rangka membangun sumber daya manusia yang sehat dan produktif demi visi Indonesia Emas 2045. 

3. Meringankan beban ekonomi keluarga

Dengan menyediakan makanan bergizi gratis di sekolah dan untuk ibu hamil, diharapkan mengurangi beban biaya makan bagi keluarga. 

4. Pencapaian akses yang merata

Menargetkan agar seluruh anak di Indonesia dan ibu hamil bisa mengakses makanan bergizi gratis pada akhir tahun 2025.

Pelaksanaan MBG

Program ini resmi diluncurkan 6 Januari 2025, sebagai bagian dari upaya memenuhi janji kampanye dan sebagai proyek besar dalam 100 hari pemerintahan, walaupun mulai sebelum masa 100 hari berlalu.

Mulanya direncanakan Rp 15.000 per porsi, tetapi dikurangi menjadi Rp 10.000 karena pertimbangan anggaran dan kondisi keuangan negara.

Pemerintah menyatakan bahwa Rp 10.000 sudah cukup untuk memenuhi mutu dan gizi. 

MBG Sudah diterapkan di banyak provinsi sejak Januari 2025.

Pada beberapa laporan, disebutkan sudah menjangkau 38 provinsi pada awal pelaksanaan. 

Menyasar anak-anak sekolah dan ibu hamil, pemerintah menargetkan 82,9 juta penerima manfaat pada akhir tahun 2025.

Baca juga: Presiden Prabowo Tarik Anak Miskin Putus Sekolah agar Percaya Diri Lagi Lewat Sekolah Rakyat

Kesimpulan

Program MBG adalah salah satu kebijakan sosial paling besar di era Presiden Prabowo, dengan target dan skala yang ambisius: menjangkau puluhan juta penerima, mengurangi gizi buruk dan stunting, serta memperkuat kualitas sumber daya manusia sebagai bagian dari visi jangka panjang pemerintahan.

Keberhasilan program tergantung pada bagaimana pemerintah mengatasi tantangan-tantangan seperti keamanan makanan, logistik, pengawasan, dan keberlanjutan anggaran. 

Jika dilaksanakan dengan baik, MBG bisa menjadi model yang kuat dalam kebijakan gizi dan kesehatan anak di Indonesia.

SUMBER: TribunTangerang.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved