Hari Ini Tradisi Ratusan Tahun Seba Baduy Digelar Berbeda di Lebak, Ini Bocorannya

Tak hanya menyerahkan hasil bumi, Seba Baduy sesungguhnya meliputi rangkaian tradisi yang panjang. Awalnya, Urang Kanekes akan menjalani ritual Kawalu

Penulis: Abdul Qodir | Editor: Abdul Qodir
Dok. Humas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam saat acara tradisi Seba Baduy. 

TRIBUBANTEN.COM, LEBAK - Setelah sempat terancam gagal karena berpotensi menimbulkan kerumunan dan penutupan tempat wisata di masa pandemi Covid-19, akhirnya Pemerintah Kabupaten Lebak mengizinkan digelarnya tradisi ratusan tahunan masyarakata suku Baduy, Seba Baduy, pada Jumat (21/5/2021).

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lebak, Imam Rismahayadin mengatakan tradisi Seba Baduy kali ini dilaksanakan berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Seba Baduy kali ini digelar secara tertutup dan jumlah peserta terbatas serta penerapan protokol kesehatan Covid-19 secara ketat.  

"Karena Intruksi Gubernur dan juga surat edaran dari Bupati Lebak untuk meminimalisir penekanan Covid-19, maka pelaksanaan akan dilakukan secara tertutup dan terbatas," katanya saat ditemui, Kamis (20/5/2021).

Kepastian digelarnya Seba Baduy ini didapatkan setelah dilakukannya rapat koordinasi antara Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya dan unsur pimpinan daerah lainnya.

Baca juga: Tradisi Ratusan Tahun Seba Baduy Terancam Tak Bisa Digelar Karena Tempat Wisata Ditutup

Imam mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan perwakilan dan pimpinan masyarakat Baduy mengrnai teknis pelaksanaan kegiatan Seba Baduy ini.

Di antaranya, kegiatan tradisi Seba Baduy kali ini hanya diikuti tidak lebih 20 orang dan seserahan hasil bumi masyarakat suku Baduy dilakukan di Pendopo Bupati Lebak.

Kegiatan Seba Baduy kali ini direncakan hanya dilaksanakan hanya dua hari atau lebih cepat satu hari dibandingkan permintaan masyarakat suku Baduy.

Warga Baduy Dalam dan Baduy Luar berjalan ratusan kilometer dari tempat tinggalnya di Lebak menuju Kantor Gubernur Banten, Kota Serang, Sabtu (3/5/2014). Dalam tradisi tahunan bernama
Warga Baduy Dalam dan Baduy Luar berjalan ratusan kilometer dari tempat tinggalnya di Lebak menuju Kantor Gubernur Banten, Kota Serang, Sabtu (3/5/2014). Dalam tradisi tahunan bernama "Seba Baduy" tersebut warga Baduy mengantarkan hasil bumi kepada Bupati Lebak dan Gubernur Banten untuk melakukan komunikasi dengan pemerintah. (Tribunnews.com/Dany Permana)

Selain itu, Dinas Pariwisata Provinsi Banten juga akan langsung turun untuk mengawal pelaksanaan Seba baduy tersebut.

Diharapkan pelaksanaan Seba Baduy kali ini dapat berjalan dengan protokol kesehatan.

Baca juga: Masyarakat Suku Baduy Tetap Ingin Gelar Tradisi Ratusan Tahun Seba Baduy Mulai Besok Sampai Minggu

"Kita berharap hanya 20 orang saja yang hadir dan juga kan nanti masyarakat Baduy datang ke Pendopo Bupati langsung menyerahkan seserahan dan langsung berangkat lagi tanpa bertemu Bupati," tegasnya.

Dengan teknis pelaksanaan seperti itu, maka pelaksanaan Seba Baduy kali ini berbeda dengan Seba Baduy tahun-tahun sebelumnya.

Biasanya tradisi Seba Baduy diikuti ribuan warga Baduy dengan melakukan long march dan membawa seserahan hasil bumi ke pusat Kabupaten Lebak dan Pemerintahan Provinsi Banten.

Hasil bumi dibawa oleh warga suku Baduy dengan melakukan long march sepanjang ratusan kilometer dari tempat tinggal mereka di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.

Dan biasanya Seba Baduy digelar selama tiga hari.

    

Mengenal Seba Baduy, Tradisi Ratusan Tahun Masyarakat Baduy Syukuri Hasil Bumi

Warga Baduy dalam dan Baduy luar berjalan ratusan kilometer dari tempat tinggalnya di Lebak menuju Kantor Gubernur Banten, Kota Serang, Sabtu (3/5/2014). Dalam tradisi tahunan bernama
Warga Baduy dalam dan Baduy luar berjalan ratusan kilometer dari tempat tinggalnya di Lebak menuju Kantor Gubernur Banten, Kota Serang, Sabtu (3/5/2014). Dalam tradisi tahunan bernama "Seba Baduy" tersebut warga Baduy mengantarkan hasil bumi kepada Bupati Lebak dan Gubernur Banten untuk melakukan komunikasi dengan pemerintah. (Tribunnews.com/Dany Permana)

Hingga kini, masyarakat Baduy atau yang biasa disebut Urang Kanekes, masih memegang teguh adat leluhur, salah satunya tradisi menyerahkan hasil bumi atau Seba Baduy.

“Seba berarti seserahan. Seba Baduy menjadi ungkapan rasa syukur dan media komunikasi dengan pemerintah,” kata Kepala Dinas Pariwisata Banten Eneng Nurcahyati dalam keterangan tertulis, Selasa (11/2/2020).

Hasil bumi seperti padi, gula aren, pisang, sayuran, dan palawija akan dibawa saat long march sepanjang ratusan kilometer.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Rizki Handayani mengatakan, tradisi Seba Baduy merupakan salah satu event besar.

Baca juga: Viral Masyarakat Adat Baduy Meminta Tolong Karena Hutan Terlarang Dirusak Penambang Emas Ilegal

“Wajar bila Seba Baduy selalu dibanjiri wisatawan. Mereka tertarik karena masyarakat Baduy tetap memegang tradisi, meski dunia mengalami modernisasi,” kata dia.

Jalannya ritual Seba Baduy Ritual Seba Baduy biasanya diikuti ribuan masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam. Baduy Luar atau Baduy Pendamping, ditandai dengan pakaian hitam dan ikat kepala biru.

Sementara itu, Baduy Dalam atau Urang Jero memakai busana dan ikat kepala putih. Urang Jero bisa dijumpai di Kampung Cibio, Cikawartana, dan Cikeusik.

Tak hanya menyerahkan hasil bumi, Seba Baduy sesungguhnya meliputi rangkaian tradisi yang panjang. Awalnya, Urang Kanekes akan menjalani ritual Kawalu selama tiga bulan penuh.

Kawalu merupakan ritual yang dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan hasil bumi. Namun, Kawalu tertutup bagi masyarakat umum.

Kawalu dibagi menjadi tiga sesi. Pada sesi ketiga, nuansa religi makin kental. Urang Kanekes berusia di atas 15 tahun wajib berpuasa.

Ritual berbukanya pun unik.

Baca juga: Tradisi Warga Pandeglang: Pukul Tongtrong Sebagai Tanda Kematian, Disimpan di Masjid Miftahul Huda

Sebelum makan dan minum, Urang Kanekes akan memakan daun sirih dan gambir. Ritual pun diakhiri dengan Ngalaksa atau aktivitas saling berkunjung.

Pada Ngalaksa, Urang Kanekes akan bersilaturahim dengan kerabat dan tetangga, sembari membawa hasil bumi.

Kemudian, akan dilakukan dialog budaya antara Baduy Pendamping dan Urang Jero, bersama para panggede atau pemerintah. Dialog itu membahas kelestarian alam.

Hal tersebut dikarenakan Urang Kanekes memiliki hukum adat berbunyi,"Gunung Tak Diperkenankan Dilebur, Lembah Tak Diperkenankan Dirusak, Larangan Tak Boleh Diubah, Panjang Tak Boleh Dipotong, Pendek Tak Boleh Disambung, Yang Bukan Ditolak Yang Jangan Harus Dilarang, dan Yang Benar Haruslah Dibenarkan."

“Dengan menganut hukum adat, keseimbangan hidup manusia dan alam akan terus terpelihara. Akan banyak manfaat positif yang mengalir. Serupa event Seba Baduy yang menggerakkan perekonomian masyarakat secara maksimal,” kata Rizki.

Artikel lain terkait Seba Baduy di TribunBanten.com

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Seba Baduy, Tradisi Ratusan Tahun Masyarakat Baduy Syukuri Hasil Bumi"

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved