Waduh! Presiden Turki Tak Sengaja 'Nyatakan Perang' ke Rusia Langsung di Depan Putin, Ternyata

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tampaknya secara tidak sengaja menyatakan perang terhadap Rusia karena kesalahan terjemahan saat bertemu Putin.

Editor: Ahmad Haris
Sputnik / Sergey Guneev
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia, Vladimir Putin bertemu dalam sebuah pembicaraan bilateral tertutup di Sochi, Rusia, Senin (4/9/2023). 

TRIBUNBANTEN.COM - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan perang terhadap Rusia saat bertemu dengan Vladimir Putin, metro.co.uk melaporkan.

Ternyata, hal itu merupakan bukan maksud yang sebenarnya dari pernyataan Erdogan.

Pernyataan perang itu ternyata merupakan kesalahan penerjemah, yang seolah Erdogan menyatakan perang terhadap Rusia.

Baca juga: Tok! Vladimir Putin Resmi Tandatangani UU Anti-LGBT dan Transgender

“Ada perang antara Rusia dan Turki,” kata penerjemah Turki-Rusia itu pada pertemuan kedua pemimpin itu di Sochi, Rusia, pada Senin (4/9/2023).

Turki adalah negara anggota NATO, dan jika benar, deklarasi tersebut akan menjerumuskan seluruh dunia ke dalam perang.

Namun Putin, yang berada di sana untuk membahas kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam, tampak tidak terkejut dengan kesalahan penerjemahan itu.

Tidak jelas apakah penerjemah laki-laki tersebut adalah orang Rusia atau Turki.

Namun catatan resmi pertemuan tersebut menunjukkan, bahwa penerjemahlah yang melakukan kesalahan, bukan Erdogan.

“Situasi terkini antara Ukraina dan Rusia. Ini adalah latar belakang kunjungan ini,” kata Presiden Turki kepada Putin dalam pidato pembukaannya.

"Dan undangan Anda – kami senang telah menerima undangan ini."

"Delegasi saya senang menerima undangan ini."

Perteman Erdogan-Putin itu diadakan untuk menengahi kesepakatan mengenai inisiatif biji-bijian Laut Hitam, yang akan memasok bahan pangan dari Ukraina ke negara-negara termiskin di dunia.

Putin mengatakan kepada Erdogan bahwa Rusia siap memasok hingga satu juta ton gandum dengan harga istimewa melalui Turki, yang dipandangnya sebagai perantara antara mereka dan negara-negara Barat.

Pertemuan tersebut menandai kunjungan langka seorang pemimpin asing ke Rusia ketika Putin mendapati dirinya semakin terisolasi akibat perang dengan Ukraina.

Pada bulan Maret, Putin mendapat surat perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional atas kejahatan perang yang dilakukan di Ukraina, yang membuatnya sulit untuk bepergian ke luar negeri.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved