Suluk Tanara Bagian Kedua: Darah yang Menulis dan Rahim dari Cahaya

Penulis adalah Muhamad Roby, Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Serang. Aktivis sosial-keagamaan, dan penulis lepas

Editor: Abdul Rosid
Dok/Pribadi
Penulis adalah Muhamad Roby, Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Serang. Aktivis sosial-keagamaan, dan penulis lepas yang konsisten mengulas demokrasi, kemanusiaan, serta kebangsaan dari perspektif Nahdlatul Ulama. 

Salah satu cucunya adalah Kiai Ules, putra Kiai Dana bin Kiai Ikram bin Syekh Syu‘aib bin Raden Wiranegara (Syekh Ciliwulung), seorang ulama dan tokoh Tanara yang dikenal teguh, arif, dan dermawan.

Dari garis nasab inilah kelak lahir Siti Zubaedah, rahim yang melahirkan cahaya.

Siti Zubaedah: Rahim dari Cahaya

Beberapa generasi setelah dentum bedil Tirtayasa reda, lahirlah Siti Zubaedah binti Kiai Ules bin Kiai Dana bin Kiai Ikram bin Syekh Syu‘aib bin Raden Wiranegara (Syekh Ciliwulung).

Dalam riwayat lain, beliau juga dikenal sebagai Siti Zubaedah binti Muhammad Singaraja, karena garis keluarganya bersatu dalam satu jalur ulama Tanara yang menjaga darah Ciliwulung.

Nasab ini menjadikan Zubaedah bukan hanya perempuan salehah, melainkan warisan hidup dari dua kekuatan Banten: keberanian para senapati dan keteduhan para ulama.

Ayahnya menjaga garis ilmu dan kehormatan, ibunya menjaga kesucian rumah dan hati.

Sejak kecil, Zubaedah tumbuh di rumah yang separuh surau, separuh medan perjuangan.
Ia terbiasa mendengar ayat Yā Sīn bersahut dengan kabar gugurnya para pejuang dari muara Ciujung.

Dinding rumahnya menjadi saksi: ada doa dan air mata yang menetes dalam satu waktu.

Wajahnya teduh, tutur katanya lembut, namun matanya menyala seperti bara di bawah abu.

Dalam darahnya mengalir keberanian Syekh Ciliwulung, dan kelembutan para istri para wali.

Ketika dewasa, ia dinikahkan dengan KH. Umar bin ‘Arabi, ulama muda Tanara, keturunan Sunan Sunyararas, pangeran zuhud yang menolak tahta untuk menanam ilmu di tepi sungai.

Hari itu, orang-orang tua duduk di serambi dan berbisik:

“Itu pertemuan dua sungai:
satu mengalir dari ilmu,
satu mengalir dari darah syuhada.”
Dan dari pertemuan dua sungai itu,
lahirlah seorang anak lelaki yang kelak menulis ratusan kitab,
mengajarkan dunia tentang Banten dan Islam,
dan menyalakan dunia dari Makkah:
Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani.

Ibu yang Mendidik dengan Zikir

Sumber: Tribun Banten
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved