Kisah Aisyah Bocah 10 Tahun yang Sebatang Kara, Yatim Piatu Setelah Ibu Wafat karena Covid-19
Kini, Aisyah (10) harus hidup sebatang kara. Hal ini, setelah kedua orang tuanya telah meninggal dunia.
Orang-orang yang ingin mengadopsi Aisyah semuanya berasal dari kalangan yang secara finansial menengah ke atas. Ada pengusaha, dokter, pejabat, hingga yayasan keagamaan.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Rumah Lawan Covid-19 (RLC) Tandon Ciater Tangerang Selatan, dokter Suhara Manulang.
"20 lebih yang mau adopsi Aisyah. Dari pengusaha, dokter, pejabat. Yayasan-yayasan keagamaan ada juga," ucap dokter Suhara kepada Tribun Network di RLC Tangerang Selatan, Rabu (20/1).
"Kelihatan masyarakat ada para tokoh, ada yayasan juga. Kebanyakan yang mau mengadopsi Aisyah ini dari golongan menengah ke atas secara finansial. Saya kira mereka terpanggil," sambung dokter Suhara.
Selain itu, ada juga pihak yang mengklaim sebagai anggota keluarga Aisyah. Namun dokter Suhara mengatakan pihaknya harus hati-hati dan memeriksa kembali, benar tidak yang menghubungi adalah anggota keluarga Aisyah.
"Menurut staf saya ada anggota keluarga yang sudah menghubungi. Tapi terus terang saya harus hati-hati," ujar dokter Suhara.
Dokter Suhara mengungkapkan, Aisyah kemungkinan baru bisa keluar dari RLC sekira 10 hari atau 13 hari lagi. Keputusan memulangkan Aisyah bergantung pada perkembangan kondisi kesehatannya.
Selain itu pihak RLC akan menyerahkan Aisyah kepada Dinas Sosial Pemerintahan Kota Tangerang Selatan. Alasan utamanya yaitu Aisyah telah hidup sebatang kara.
"Kalau yang normal langsung pulang ke rumah, karena Aisyah tidak ada keluarganya, artinya saya harus serahkan dulu ke pemerintah, dalam hal ini dinas sosial. Agar dinas sosial memfasilitasi atau melakukan mediasi dengan pihak keluarga," jelas dokter Suhara.
Aisyah Terbiasa Hidup Mandiri
Dokter Suhara mengungkapkan, sosok Aisyah adalah pribadi yang terbiasa hidup mandiri.
Dokter Suhara memperkirakan, kemungkinan Aisyah Terbiasa hidup mandiri lantaran selama ini hanya hidup berdua dengan ibunya.
"Mungkin sudah terbentuk, biasa mandiri, biasa hidup berdua dengan ibunya," katanya.
"Saya terharu juga, bahwa pada umur 10 tahun dia hidup sebatang kara. Inilah satu kondisi kehidupan. Tapi bersyukurlah ada kepedulian tetangganya dan masyarakat," sambung dokter Suhara.
Dokter Suhara mengungkapkan, kondisi kamar Aisyah berbeda dari kondisi kamar pasien Covid-19 lainnya yang dikarantina di RLC. Bukan perbedaan pada bentuk dan fasilitas, melainkan, di meja Aisyah ada begitu banyak bahan pokok yang dikirimkan masyarakat.