Bagian IX: Tinta yang Menjadi Peradaban

Penulis Muhamad Roby, Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Serang. Aktivis sosial-keagamaan, dan penulis lepas yang konsisten mengulas demokrasi.

Editor: Abdul Rosid
TribunBanten.com/Ade
Bait Nawawi di Desa Pedalaman Kecamatan Tanara Kabupaten Serang. 

Asy‘ariyyah bukan sekadar mazhab, tapi jalan berpikir yang adil.
Ia menolak kekakuan yang membekukan hati, dan menolak kebebasan akal yang menenggelamkan iman.
Ia mengajarkan agar akal berjalan, tapi tetap menunduk kepada wahyu.

Dengan aqidah Asy‘ariyyah, aku ingin bangsaku terbebas dari dua penjajahan: penjajahan kolonial yang merampas tanah, dan penjajahan pemikiran yang merampas keyakinan.

Aqidah ini bukan hanya benteng teologis, tapi juga pernyataan kemerdekaan jiwa.
Sebab orang yang mengenal Tuhannya tak bisa dijajah oleh siapa pun.

4. Mengapa Aku Menulis dalam Bahasa Arab

Bahasa Arab adalah bahasa langit, bahasa wahyu.
Aku menulis dalam bahasa itu bukan karena lupa tanahku, tapi karena ingin suara Tanara terdengar sampai Kairo, Fez, Istanbul.

Ketika penjajah menulis undang-undang untuk menaklukkan tubuh, aku menulis risalah untuk memerdekakan ruh.
Setiap huruf Arab yang kutulis adalah doa agar bangsaku berdiri sejajar dengan ulama dari seluruh dunia Islam.

Bahasa Arab bukan sekat, tapi jembatan antara desa dan dunia, antara bumi dan langit.

5. Karya-Karya Tauhid: Cahaya dari Pena yang Tunduk

Aku menulis bukan dengan tinta, tapi dengan doa.
Berikut sebagian karya tauhidku  tiap satunya kubasuh dengan air mata harapan bagi umatku:

1. Fathul Majīd (1294 H / 1876 M) – syarah ad-Durril Farīd, karya guruku Ahmad an-Nahrawi. Tentang rahasia tauhid dan makrifat Allah.

2. Tijānud Darārī (1297 H / 1879 M) – syarah Risālah fi ‘Ilmit Tauhid karya Imam al-Bājūrī Syaikhul Azhar, tentang iman dan amal.

3. Qathrul Ghayts (1285 H / 1868 M) – syarah Masā’il Abī Laits as-Samarqandī, perisai akidah dari tasybīh dan tajsīm.

4. Qāmi‘ut Thughyan (1296 H / 1878 M) – menguraikan Nazham Syu‘abil Īmān, menegakkan iman di tengah badai kesombongan.

5. Dzari‘atul Yaqīn (1886 M) – syarah Ummul Barāhīn karya Imam as-Sanusi, memperkuat logika iman Asy‘ariyyah.

6. An-Nahjah al-Jayyidah (1303 H) – menjelaskan sifat dua puluh dan keindahan tauhid.

Sumber: Tribun Banten
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved