Bagian IX: Tinta yang Menjadi Peradaban

Penulis Muhamad Roby, Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Serang. Aktivis sosial-keagamaan, dan penulis lepas yang konsisten mengulas demokrasi.

Editor: Abdul Rosid
TribunBanten.com/Ade
Bait Nawawi di Desa Pedalaman Kecamatan Tanara Kabupaten Serang. 

7. Nuruz Zhulām ‘ala ‘Aqidatil ‘Awām (1295 H / 1878 M) – syarah bagi nazham aqidah Imam Ahmad al-Marzūqī, ditulis agar santri Jawi tak buta tauhid.

6. Qathrul Ghayts dan Nuruz Zhulam: Dua Sayap Tauhid

Qathrul Ghayts adalah penjaga akal, sementara Nuruz Zhulam adalah penjaga hati.

Dalam Qathrul Ghayts, kutulis dengan tajam:

“Barang siapa mengenal Tuhannya dengan akalnya semata, maka ia telah menjadikan akalnya sebagai Tuhan.”

Sementara Nuruz Zhulam lahir dari kasih.
Nazham Aqidatul ‘Awām ditulis oleh Imam Ahmad al-Marzūqī setelah bermimpi bertemu Rasulullah ﷺ yang memerintahkannya mengajarkan aqidah yang mudah bagi umat.

Aku menulis syarahnya agar anak-anak Jawi belajar mengenal Allah tanpa takut, tanpa fanatik, dan tanpa kering iman.
Agar mereka paham bahwa tauhid bukan sekadar ilmu, tapi cinta yang menumbuhkan adab.

7. Kesatuan Ilmu, Sanad, dan Jiwa Bangsa

Kini aku paham: setiap huruf yang kutulis adalah jihad, dan setiap kitab adalah perlawanan.
Sebab bangsa yang mengenal Tuhannya tak akan dijajah, karena mereka tahu kemerdekaan sejati adalah ketaatan kepada Allah.

Aku menulis bukan untuk cendekiawan semata, tapi untuk para petani, nelayan, dan santri di kampung agar tahu bahwa belajar adalah bentuk tertinggi dari jihad.

8. Tiga Tingkatan Iman

Iman itu pohon yang tumbuh dari akar ilmu dan disirami amal.
Para guru kami berkata: iman ada tiga tingkatan.

1. Iman al-‘Awām - iman orang kebanyakan, sederhana tapi jujur; percaya tanpa banyak dalil, tapi setiap subuh tetap memanggil nama Allah.

2. Iman al-‘Ulamā’ - iman para pencari ilmu, mengenal Tuhan lewat dalil, menimbang mumkin dan mustahil.
Iman mereka seperti bintang tinggi, tapi memberi arah.

3. Iman al-‘Ārifīn - iman para kekasih Allah, yang bukan hanya tahu, tapi menyaksikan.
Mereka melihat tanda-tanda Allah dalam segala sesuatu, hingga setiap embusan napas menjadi dzikir.

Sumber: Tribun Banten
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved