Warga Sekitar TPA Cipeucang Kecewa Proyek PSEL di Tangsel Batal: Kami Sudah Biasa Dibohongi

Warga sekitar TPA Cipeucang, Tangerang Selatan, kecewa atas batalnya proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL).

Penulis: Ade Feri | Editor: Abdul Rosid
Ade Feri/TribunBanten.com
Warga sekitar TPA Cipeucang, Tangerang Selatan, kecewa atas batalnya proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL). 

Laporan Wartawan TribunBanten.com, Ade Feri Anggriawan

TRIBUNBANTEN.COM, TANGSEL - Pembatalan proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) meninggalkan kekecewaan mendalam bagi warga yang tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang.

Pasalnya, dengan batalnya proyek tersebut, harapan warga untuk terbebas dari tumpukan dan bau sampah yang menggunung selama bertahun-tahun kini kembali pupus.

Agus, warga yang tinggal di sekitar TPA Cipeucang, mengaku tidak kaget dengan kabar pembatalan proyek tersebut. Ia merasa sudah sering diberi janji tanpa realisasi oleh pihak terkait.

Baca juga: Mengenal UIII, Kampus Islam Kelas Dunia di Depok Jadi Proyek Strategis Nasional

“Soal PSEL batal itu saya sudah enggak percaya dari dulu, sudah sering dibohongi. Dulu juga katanya mau dijadikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), tapi enggak pernah terjadi,” ujar Agus saat ditemui TribunBanten.com di rumahnya yang berbatasan langsung dengan area TPA, Selasa (28/10/2025).

Agus menuturkan, kondisi TPA Cipeucang kini semakin memprihatinkan. Gunungan sampah terus meninggi hingga merambah ke lahan warga dan menimbulkan bau menyengat.

“Sekarang sampahnya sudah masuk ke tanah warga. Baunya juga luar biasa, lalat banyak banget sampai masuk ke rumah dan mengganggu makanan,” katanya.

Selain bau tak sedap, Agus khawatir tumpukan sampah yang semakin tinggi bisa memicu longsor dan menimpa permukiman sekitar.

“Gunung sampahnya sudah terlalu tinggi. Kalau terus ditumpuk bisa longsor dan bergeser ke lahan atau rumah saya,” ucapnya khawatir.

Masalah lain yang dialami warga adalah air lindi dari tumpukan sampah yang mencemari sumur warga. Agus mengaku sudah delapan bulan terakhir harus membeli air galon untuk kebutuhan sehari-hari.

“Per hari saya beli empat galon buat minum dan masak. Air sumur sudah enggak layak dipakai, bahkan buat mandi saya numpang di rumah tetangga,” ungkapnya.

Ia berharap Pemerintah Kota Tangsel, khususnya Dinas Lingkungan Hidup, bisa mencarikan solusi nyata untuk menangani masalah sampah di TPA Cipeucang.

“Pokoknya jangan sampai merugikan warga. Kami enggak merugikan siapa pun, masa warga yang dirugikan terus,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Ketua RT 006 RW 004 Kelurahan Serpong, Kecamatan Serpong, Idil Tasdik. Ia mengaku baru mengetahui kabar pembatalan proyek PSEL melalui media sosial.

Menurut Idil, keputusan tersebut memperpanjang penderitaan warga sekitar yang sudah lama hidup berdampingan dengan bau busuk dan ancaman longsor dari tumpukan sampah.

Sumber: Tribun Banten
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved