Provinsi dengan Angka Pengangguran Tertinggi, Benarkah Banten Jadi Tempat Tujuan Pencari Kerja?

Penjabat Gubernur Banten, Al Muktabar, mengatakan alasan Banten menempati urutan pertama tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia

Penulis: Ahmad Tajudin | Editor: Glery Lazuardi
Tribun Pontianak
Ilustrasi pengangguran. Penjabat Gubernur Banten, Al Muktabar, mengatakan alasan Banten menempati urutan pertama tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia karena menjadi provinsi tempat tujuan pencari kerja. 

Baik masyarakat Banten khususnya dan umumnya untuk masyarakat Indonesia.

Baca juga: Catatan Minor Banten: 4 Besar Provinsi Terbanyak Pakai Pinjol, Pengangguran Tertinggi se-Indonesia

"Kaitannya dengan keadaan pengangguran terbuka, kalau kita lihat itu menjadi prilaku individu dalam rangka pemanfaatan hal yang dipandang menjadi salah satu suport dalam penyelesaian suatu keadaan," katanya.

"Kalau kita tidak arif dan bijaksana bisa menjadi masalah dan beban bagi individu maupun pemerintah daerah," sambungnya.

Dalam kesempatan itu, Al Muktabar mengimbau kepada masyarakat Banten agar berhati-hati dalam memanfaatkan teknologi.

"Saya mengimbau kepada semua masyarakat agar berhati-hati, meskipun ini instrumennya teknologi tapi harus tetap arif dan bijaksana memanfaatkannya," ujarnya.

Dengan begitu, kata dia, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan dampak dari pinjol dapat dihindari.

Disampaikan Al Muktabar bahwa secara teknis terjadinya hal itu ada koridor hukum dalam penyelesaiannya.

"Maka kita dorong agar diselesaikan secara baik, melalui prosedur hukum sesuai perundang-undangan," katanya.

Untuk itu ia mengimbau kepada masyarakat agar jangan sampai menjadi bagian dari hal itu.

Baca juga: Kolaborasi dengan Kemnaker, Pemkab Serang Berharap Program SDC Bisa Tekan Angka Pengangguran

"Sekali lagi saya mengimbau betul kepada segenap masyarakat khususnya di Provinsi Banten bahwa hal-hal yang memungkinkan (pinjol,-red) itu, tidak terjadi, harus berhati-hati," katanya.

Al Muktabar mengumpamakan teknologi sebagai sebuah pisau bermata dua, yang memiliki arti bahwa alat tersebut bisa bermanfaat sesuai penggunaannya.

"Teknologi seperti pisau bermata dua di satu sisi kalau kita tidak arif dalam penggunaannya bisa jadi masalah," katanya.

"Tapi di sisi lain bila kita bisa benar-benar memanfaatkannya secara baik dan benar maka dia mendukung baik bagi kita pribadi atau secara kelembagaan," tambahnya.

Sumber: Tribun Banten
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved