Warga Serang Dipasung
Hidup dalam Pasungan di Hutan, Emak-emak Asal Banten Makan dari Belas Kasih: Pakai Ember dan Gayung
Ani (50), emak-emak asal Banten, hidup dalam pasungan di tengah hutan. Ani makan dari belas kasih orang lain. Dia makan menggunakan ember dan gayung
Penulis: mildaniati | Editor: Glery Lazuardi
TRIBUNBANTEN.COM - Ani (50), emak-emak asal Banten, hidup dalam pasungan di tengah hutan.
Ani makan dari belas kasih orang lain. Dia makan menggunakan ember dan gayung mandi.
Hal itu diungkap Juhenah, ketua RT 01/01 Kampung Nagara Padang, Desa Kampung Baru, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang.
"Saya yang ngasih makan, dikasih ember, gayung," ungkapnya.
Baca juga: Anak Ikhlas Emak-emak asal Banten Hidup dalam Pasungan di Hutan, Awalnya Tak Tega hingga Minta Maaf
Ani (50) orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) dipasung pada bagian leher berdasarkan kesepakatan warga dan sang anak.
Dia dipasung di hutan dekat kali di RT 01/01 Kampung Nagara Padang, Desa Kampung Baru, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang.
Berdasarkan pemantauan TribunBanten.com di lokasi tempat Ani yang sempat dipasung tersebut terdapat satu buah bambu panjang yang dibentangkan pada dua pohon dukuh besar.
Area sekitar tampak rindang dikelilingi semak belukar.
Sisa bungkus makanan, botol air mineral berserakan di lokasi.
Dua kain pengikat dan tali rapia hitam masih terikat disebuah bambu.
Di sisi pohon itu mengalir aliran sungai berwarna coklat, turut terpasang pula talu yang diikat disebuah pohon untuk mengambil air.
Untuk menuju lokasi harus melalui jalan setapak dan menyusuri tepian kali.
Tidak jauh dari lokasi, terdapat rumah kaka Ani bernama Sopiah berusia 60 tahun.
Menurut keterangan Juhenah warga bersepakat dengan anaknya untuk memasung Ani lantaran membahayakan warga sekitar.
Saat penyakitnya kambuh, Ani keliking kampung membawa batu dan mekempari rumah serta warga sekitar yang ditemuinya di jalan.
Baca juga: Kisah Ani, Emak-emak asal Banten Hidup dalam Pasungan di Tengah Hutan, Masih Sering Ngamuk
