Sejarah dan Asal Usul Nama Karangantu, Kota Serang: Pelabuhan Besar di Banten Lama

Karangantu di Kota Serang dulunya adalah pelabuhan terbesar kedua di Nusantara setelah Sunda Kelapa. Simak sejarah hingga asal usul nama.

Editor: Abdul Rosid
TribunBanten.com
Karangantu di Kota Serang dulunya adalah pelabuhan terbesar kedua di Nusantara setelah Sunda Kelapa. Simak sejarah, asal usul nama, dan mitos mistisnya. 

Ringkasan Berita:
  • Karangantu dahulu dikenal sebagai pelabuhan terbesar kedua di Nusantara setelah Sunda Kelapa (Jayakarta)
  • Berdasarkan legenda, nama “Karangantu” berasal dari kisah seorang Belanda yang membawa guci berisi hantu.

 

TRIBUNBANTEN.COM - Karangantu merupakan wilayah pesisir yang berada di Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten.

Dikutip dari laman PPID Kota Serang, Karangantu merupakan pelabuhan terbesar kedua di Nusantara setelah Sunda Kelapa di Jayakarta.

Menurut catatan Tomé Pires, seorang pedagang sekaligus ahli obat-obatan asal Portugis, Karangantu pada abad ke-16 menjadi pelabuhan penting bagi jalur perdagangan internasional. 

Baca juga: Mengenal UIII, Kampus Islam Kelas Dunia di Depok Jadi Proyek Strategis Nasional

Catatan sejarah tersebut termuat dalam buku Mengenal Peninggalan Sejarah dan Purbakala Kota Banten Lama karya Uka Tjandrasasmita, Hasan M. Ambary, dan Hawany Michrob.

Awal Berdirinya Pelabuhan Karangantu

Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511, banyak pedagang muslim dari Arab, Persia, dan Gujarat enggan berlabuh di wilayah itu. Mereka menilai Malaka sudah tak aman, sehingga mencari jalur alternatif yang lebih strategis.

Letak Banten di ujung barat Pulau Jawa menjadi pilihan utama. Kawasan ini dinilai memiliki nilai ekonomi dan geografis yang tinggi serta aman dari kendali Portugis. 

Dari sinilah lahir pelabuhan besar bernama Karangantu, yang kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan internasional di bawah Kesultanan Banten.

Karangantu, Pelabuhan Internasional Masa Lampau

Pada masa kejayaannya, Pelabuhan Karangantu menjadi tempat bersandarnya kapal dari berbagai bangsa Tiongkok, Arab, India, hingga Eropa. Bahkan, Gubernur Jenderal Belanda Jan Pieterszoon Coen pernah mencatat adanya kapal asal Tiongkok yang membawa barang dagangan senilai 300.000 real ke Karangantu.

Barang-barang mewah seperti porselen, rempah, kain sutra, dan logam mulia menjadi komoditas yang memperkuat posisi Banten sebagai salah satu pusat ekonomi terbesar di Asia Tenggara pada masa itu.

Jejak Sejarah yang Masih Terlihat

Hingga kini, peninggalan kejayaan Karangantu masih bisa disaksikan di kawasan Situs Kepurbakalaan Banten Lama. 

Di Museum Banten Lama, tersimpan berbagai artefak dan benda bersejarah hasil perdagangan dari masa keemasan pelabuhan tersebut.

Sumber: Tribun Banten
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved