Tinggalkan Bertahun-Tahun Setelah kawin Lagi, Ayah Siti Nuarida Kembali, Begini Respon Sang Anak

Ibunda Siti Nuraida meninggal dunia saat usianya masih 3 tahun, sementara sang ayah memilih menikah lagi saat Siti menginjak usia 6 tahun.

Penulis: Yudhi Maulana A | Editor: Yudhi Maulana A
TribunBanten.com/Marteen Ronaldo Pakpahan
Siti Nuraida (16) dan keponakan Asiyah (8) tinggal saat ditemui di rumah reyotnya di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Rabu (7/4/2021). Aida sejak usia tiga tahun sudah ditinggal ibundanya yang meninggal dunia dan ayahnya yang menikah lagi.  

TRIBUNBANTEN.COM - Kisah hidup Siti Nuraida, pelajar kelas 1 SMK yang hidup tanpa orangtua sejak kecil di sebuah gubuk reyot di Pandeglang mendapat perhatian banyak orang.

Gadis 16 tahun ini tinggal berdua bersama keponakannya, Afianza (8) di sebuah gubuk reyot selama bertahun-tahun,

Ibunda Siti Nuraida meninggal dunia saat usianya masih 3 tahun, sementara sang ayah memilih menikah lagi saat Siti menginjak usia 6 tahun.

Awalnya, Siti tinggal bersama sang kakak dan keponakannya.

Namun sang kakak kini merantau ke Jakarta dan jarang sekali pulang.

Dalam channel YouTube anggota DPR RI, Dedi Mulyadi, Siti Nuraida menceritakan awal mula dirinya ditinggalkan ornangtua.

"Dari kecil ditinggal sama ibu (meninggal dunia), pas SD umur 6 tahun bapa nikah lagi. sama orang Gunung Keneng. (bapak) tinggal di sana," ucap Siti dalam video Dedi Mulyadi yang diunggah Senin (12/2/2021).

Baca juga: Permintaan Siti Nuraida di Bulan Puasa, Berharap Sang Kakak Pulang dan Berkumpul Saat Lebaran

Baca juga: Kisah Menyayat Hati Seorang Ibu Tinggal di Gubuk Reyot Merawat 2 Anaknya Lumpuh dan Ditinggal Suami

Lanjutnya, ternyata sang ayah yang belum diketahui namanya itu telah kembali menemui Siti Nuraida.

Siti mengatakan kalau sang ayah sempat pergi merantau untuk bekerja, dan kini kembali menemuinya.

"Bapa baru 5 hari di sini, mau nengok aja. Ga tau sampai kapan," kata Siti.

Tampak ekspresi datar terlihat dari wajah Siti Nuraida.

Rumah pelajar bernama Siti Nuraida (16) di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Rabu (7/4/2021), tampak reyot dan lapuk. Aida sejak usia tiga tahun sudah ditinggal ibundanya yang meninggal dunia dan ayahnya yang menikah lagi. 
Rumah pelajar bernama Siti Nuraida (16) di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Rabu (7/4/2021), tampak reyot dan lapuk. Aida sejak usia tiga tahun sudah ditinggal ibundanya yang meninggal dunia dan ayahnya yang menikah lagi.  (Tangkap layar video)

Ia tak menunjukkan rasa senang atau pun sedih atas kepulangan ayahnya itu.

Padahal sang ayah sudah meninggalkannya dari kecil dan memilih hidup bersama istri barunya.

Meski begitu, Siti Nuraida tetap semangat melanjutkan hidupnya.

Dengan mengandalkan uang kiriman sang kakak sebesar Rp 800 ribu per bulan, Siti Nuraida harus pintar-pintar mengatur keuangan untuk bisa menghidupinya dan juga keponakannya.

Ia bahkan harus mencari kayu bakar ke hutan untuk memasak demi menghemat biaya.

Berharap Bisa Berkumpul dengan Kakak saat Lebaran

"Saya hanya meminta kepada Allah SWT agar lebaran nanti bisa kumpul bareng sama kakak saya yang berada di Jakarta," kata Siti Nuraida, gadis 16 tahun asal Kampung Cimanggu RT 02/01, Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Senin (12/4/2021).

Kisah Nuraida belakangan ini menyita perhatian banyak orang karena tinggal di gubuk reyot bersama keponakannya yang berusia 8 tahun tanpa orangtua.

Kini, rumah reyot peninggalan mendiang neneknya sudah diperbaiki menjadi rumah permanen.

Menyambut bulan suci ramadan kali ini, Siti Nuraida berharap bisa bertemu sang kakak yang kini sedang mencari rezeki di ibu kota.

Sebab, orangtua Siti Nuraida sudah tidak ada sejak ia masih balita.

Baca juga: Pintu Maaf Orangtua Tertutup Jelang Ramadan, Jamal Tebas Leher Ayah di Depan Ibunya Hingga Tewas

Baca juga: Dedi Mulyadi Sambangi Nuraida, Pelajar yang Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot di Pandeglang

Ibunya meninggal saat dirinya berusia 3 tahun, sementara sang ayah menikah lagi dan tak pernah menemuinya kembali.

Kini hanya sang kakak dan keponakannya lah keluarga terdekan yang ia miliki.

"Iya pengen aja gitu kayak teman-teman yang lainnya bisa kumpul pas lagi puasa dan idul fitri. Karena jujur kangen banget dengan kakak," katanya saat ditemui TribunBanten.com.

Ia pun menjelaskan, bahwa keponakannya selalu menanyakan kapan sang ibunya bisa pulang dan berkumpul dengan dirinya lagi.

Siti Nuraida (16) dan keponakan Asiyah (8) tinggal saat ditemui di rumah reyotnya di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Rabu (7/4/2021). Aida sejak usia tiga tahun sudah ditinggal ibundanya yang meninggal dunia dan ayahnya yang menikah lagi. 
Siti Nuraida (16) dan keponakan Asiyah (8) tinggal saat ditemui di rumah reyotnya di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Rabu (7/4/2021). Aida sejak usia tiga tahun sudah ditinggal ibundanya yang meninggal dunia dan ayahnya yang menikah lagi.  (TribunBanten.com/Marteen Ronaldo Pakpahan)

Selain itu ia juga berharap momen lebaran dan bulan ramadan kali ini menjadi tilas balik pertemuan sang kakak dengan dirinya yang telah lama terpisah oleh jarak dan waktu.

Apalagi, perayaaan idul fitri yang hanya setahun sekali ini, ingin dimanfaatkan oleh dirinya untuk meminta maaf dengan sang kakak dan juga berkomunikasi untuk kehidupannya selanjutnya.

Baca juga: Kisah Nuraida Pelajar Pandeglang Tinggal Sendiri di Gubuk Reyot, Ditinggal Ayah Ibu Sejak Balita

Baca juga: Sembari Menangis Sesenggukan, Pinangki Memohon Belas Kasihan Hakim agar Diberi Keringanan

"Bertemu dan pengen banyak hal yang ingin saya sampaikan kepada kakak saya termasuk dengan nasib saya kedepannya dan anaknya juga," terangnya.

Ia pun berharap agar sang kakak dapat mendengarkan harapannya tersebut dan dapat berkumpul kembali di momen yang sangat dinantikan oleh umat muslim lainnya.

Tinggal di Gubuk Reyot Peninggalan Nenek

Siti Nuraida, siswi Kelas 10 SMK di Pandeglang ini kini berusia 16 tahun.

Namun siapa sangka, Aida,-sapaan Nuraida, sudah bertahun-tahun hidup sendiri di sebuah rumah reyot di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Saat TribunBanten.com berkunjung pada Rabu (7/4/2021), tampak rumah tersebut berukuran 6x8 meter persegi, dengan 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, ruang keluarga dan dapur.

Namun, material rumah hanya terbuat dari kayu dan bilik bambu yang tampak berlumut nan lapuk.  

Tampak rumah peninggalan nenek dari Aida itu pun miring dan hampir ambruk lantaran sejumlah pondasi rumah berbahan kayu tersebut sudah lapuk.

Rumah pelajar bernama Siti Nuraida (16) di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Rabu (7/4/2021), tampak reyot dan lapuk. Aida sejak usia tiga tahun sudah ditinggal ibundanya yang meninggal dunia dan ayahnya yang menikah lagi.
Rumah pelajar bernama Siti Nuraida (16) di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Rabu (7/4/2021), tampak reyot dan lapuk. Aida sejak usia tiga tahun sudah ditinggal ibundanya yang meninggal dunia dan ayahnya yang menikah lagi. (Tangkap layar video)

Saat didatangi, kebetulan hujan turun dan sebagian genting rumah yang sudah berlumut itu pun bocor.

Rumah itu berbentuk panggung rendah dengan lantai kayu dan bambu.

Baca juga: Kisah Pilu Guru Honorer di Pelosok Pandeglang dan Asa di Balik Gaji Rp12.500 Per Hari

Baca juga: Viral Kakak Adik Mencari Barang Bekas Sampai Malam Kelelahan di Pinggir Jembatan, Begini Kisahnya

Melongok bagian dalam rumah, baik ruang tamu, ruang tidur maupun dapur, tak tampak perabotan rumah tangga seperti lemari es maupun tempat piring dan gelas.

Lemari pakaian pun hanya berbahan plastik.

Untuk memasak, Aida mengandal tungku dengan bahan bakar kayu di pekarangan rumah.

Rumah pelajar bernama Siti Nuraida (16) di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Rabu (7/4/2021), tampak reyot dan lapuk. Aida sejak usia tiga tahun sudah ditinggal ibundanya yang meninggal dunia dan ayahnya yang menikah lagi. 
Rumah pelajar bernama Siti Nuraida (16) di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Rabu (7/4/2021), tampak reyot dan lapuk. Aida sejak usia tiga tahun sudah ditinggal ibundanya yang meninggal dunia dan ayahnya yang menikah lagi.  (Tangkap layar video)

Kisah hidup Siti Nuraida berawal saat ibundanya meninggal karena sakit yang diderita pada 2005, saat dirinya berusia 3 tahun.

Tak lama kemudian, ayahnya pergi meninggalkan rumah setelah menikah dengan perempuan lain dan tak kunjung kembali,

Sejak saat itu, ia hanya mendapat perawatan dan kasih sayang dari kakak perempuannya yang belum beranjak dewasa serta saudara yang juga tinggal bertetangga.

Siti Nuraida (16) dan keponakan Asiyah (8) tinggal saat ditemui di rumah reyotnya di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Rabu (7/4/2021). Aida sejak usia tiga tahun sudah ditinggal ibundanya yang meninggal dunia dan ayahnya yang menikah lagi.
Siti Nuraida (16) dan keponakan Asiyah (8) tinggal saat ditemui di rumah reyotnya di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Rabu (7/4/2021). Aida sejak usia tiga tahun sudah ditinggal ibundanya yang meninggal dunia dan ayahnya yang menikah lagi. (TribunBanten.com/Marteen Ronaldo Pakpahan)

Dan saat berusia 13 tahun atau masuk sekolah SMP, kakak perempuannya memutuskan menikah dan mengharuskan tinggal bersama suami di wilayah lain, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang.

Sejak itu, ia mulai hidup mandiri. 

Untuk makan sehari-hari, kadang ia memasak sendiri. Namun, ia juga kerap makan di rumah saudaranya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya.

Baca juga: Kisah Pilu Keluarga di Pandeglang Hidup di Gubuk Dalam Hutan, Butuh 3 Jam Jalan Kaki di Jalan Rusak

Baca juga: Kisah Pilu Nenek Penjual Pisang, Gendong Bakul Seberat 12 Kg dan Hidup Sebatang Kara di Gubuk

Dan pada awal 2021 atau tiga bulan lalu, Aida mendapat tanggung jawab baru.

Sang kakak perempuannya bercerai dan memutuskan merantau bekerja di Jakarta.

Sang kakak menitipkan anaknya bernama Aisyah yang masih berusia 8 tahun kepadanya. 

Aida kini duduk di kelas 10 di SMK Cimanggu, sedangkan keponakannya bersekolah di SDN 1 Cimanggu.

"Tinggal sejak kecil di sini sejak 2005. Ibu saya sudah tidak ada sejak saya berumur tiga tahun. Ayah saya sudah meninggalkan saya sejak masih kecil, kawin lagi," kenang Aisyah saat ditemui TribunBanten.com di rumahnya.

Baca juga: Penduduk Miskin di Banten Bertambah Banyak, Wagub: Kita Nomor 8 di Nasional, Itu Luar Biasa

Baca juga: Cerita Warga Sudimanik Cibaliung Pandeglang Selama 10 Tahun Belum Menikmati Aliran Listrik

Sang kakak mengirimkan uang Rp800 ribu setiap bulan untuknya. 

Aida pun berusaha mengatur uang dengan jumlah tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sekolah mereka berdua.  

Tak jarang uang kiriman dari sang kakak datang terlambat dan memaksanya menahan lapar.

Aida tak mau mengeluh meski uang kiriman itu kurang mencukupi dan kadang datang terlambat. Sebab, ia tidak ingin menyusahkan sang kakak yang tengah berjuang bekerja untuk mereka berdua.

"Kalau biaya hidup saya dikasih uang sama kakak saya yang sedang kerja di Jakarta. Dikirim Rp 800 ribu sebulan untuk kebutuhan sekolah dan makan," ungkapnya.

Rumah pelajar bernama Siti Nuraida (16) di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Rabu (7/4/2021), tampak reyot dan lapuk. Aida sejak usia tiga tahun sudah ditinggal ibundanya yang meninggal dunia dan ayahnya yang menikah lagi.
Rumah pelajar bernama Siti Nuraida (16) di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Rabu (7/4/2021), tampak reyot dan lapuk. Aida sejak usia tiga tahun sudah ditinggal ibundanya yang meninggal dunia dan ayahnya yang menikah lagi. (Tangkap layar video)

Keluarga Aida pernah menawarkan Aida untuk tinggal di rumah mereka. Namun, Aida memilih tinggal di rumahnya yang reyot itu karena merasa nyaman di rumah sendiri.

Kini, besar harapan Aida mendapat bantuan dari pemerintah daerah setempat untuk perbaikan rumahnya.

Air hujan masuk masuk ke dalam rumah ke dalam rumah karena genting bocor menjadi hal biasa terjadi di rumah Aida.

Namun, ia kerap waswas dengan keselamatan dirinya dan keponakan atas kondisi rumah yang ditempati ini.

"Harapannya sih bisa dibongkar, karena takut tinggal di sini dalam keadaan ini. Apalagi kalau hujan kencang terkadang takut saja," ucapnya.

Baca juga: Ayah Meninggal dan Ibunda Kabur, Secuil Kisah Pilu Dua Anak Yatim yang Hidup Terlantar di Serang

Baca juga: Kisah Aisyah Bocah 10 Tahun yang Sebatang Kara, Yatim Piatu Setelah Ibu Wafat karena Covid-19

Sementara itu, Kepala Desa Cimanggu, Suwardi mengatakan pihaknya telah mengajukan proposal permintaan bantuan ke Pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk perbaikan rumah Aida selama lima tahun berturut-turut.

Sebab, tempat tinggal yang ditempati Aida sudah sejak lama masuk kategori rumah tidak layak huni (RTLH).

Namun, hingga kini pengajuan tersebut tidak membuahkan hasil.

"Jadi, rumah ini sebenarnya sudah tidak layak pakai, sudah diajukan beberapa kali ke dinas, tetapi tidak pernah digubris. Jadi, hingga saat ini belum terealisasikan," ujar Suwardi. (*) 

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved